GELAR BUDAYA KERATON JIPANG I
(SEJARAH BARU BANGKITNYA KERAJAAN JIPANG)
Berdirinya kembali Keraton Djipang bukan untuk membuat
system pemerintahan baru. Semata hanya ingin memelihara dan melestarikan
kebudayaan yang masih tersisa. Serta meluruskan sejarah yang tidak
seluruhnya benar. Kebangkitan Kerajaan Djipang ini, berpotensi besar
untuk menjadi daerah tujuan wisata yang bisa mengghidupkan geliat
Ekonomi.
Kemeriahan Gelar Budaya Keraton Djipang I yang terlaksana
belum lama ini menjadi tanda kebangkitan kerajaan Djipang yang telah
musnah pada 500 tahun lalu. Bangkitnya kembali kerajaan yang pernah
berjaya pada abad ke 15 lalu, menjadi catatan sejarah baru saat ini.
Bukan berarti akan membuat sistem pemerintahan baru
layaknya sebuah kerajaan. Namun lebih pada pelestarian budaya
peninggalan lelulur. Kearifan lokal berupa tradisi dan budaya yang
selama ini telah diwarisi oleh masyarakat Cepu.
Berbagai macam peninggalan sejarah kerajaan tersebut,
hingga saat ini pun masih disimpan oleh masyarakat. Termasuk didalamnya
adalah catatan sejarah berupa manuskrip dengan aksara jawa kuno yang
ditulis pada abad ke 15 lalu, serta keris pusaka. Selain makam Gedong
Ageng yang dipercaya sebagai situs sejarah bekas bangunan keraton, yang
sering didatangi oleh para peziarah untuk berziarah pada makam pembesar
Kerajaan Djipang.
Sejalan dengan pelestarian budaya dan untuk menjaga
kearifan lokal, masyarakat Cepu pada tahun 2014 lalu mendirikan Lembaga
Adat Keraton Djipang. Yang kemudian mengangkat Barik Barliyan sebagai
Raja Djipang yang baru. Dengan gelar Gusti Pangeran Raja Adipati (KGPRA)
Arya Djipang II Barik Barliyan Surowiyoto SH.
"Setelah kami cukup lama mencari-cari dan menghubung-hubungkan
dari manuskrip, ternyata bertemu dengan Mas Barik (Barik Barliyan) orang
Palembang," kata Kushariyadi, Ketua Lembaga Adat Keraton Djipang.
Barik merasa, lanjut Kushariadi, bahwa para pendahulunya
adalah adik dari Arya Penangsang yakni Arya Mataram. "Silsilahnya utuh
sampai 15 keturunan," ungkapnya.
Barik Barliyan adalah keturunan ke-15 dari Arya Mataram,
adik kandung Arya Penangsang. Sewaktu terjadi huru-hara di Keraton
Djipang pada tahun 1554, Arya Mataram menyelamatkan diri ke Batu Raja,
Lampung, Sumatera Selatan.
Tujuan didirikannya Kerjaan Djipang, Kushariyadi
menjelaskan, bahwa pihaknya ingin meluruskan sejarah jika Arya
Penangsang bukanlah seorang Pemberontak. Hanya untuk merebut hak-nya
sebagai pewaris sah tahta Demak. Lebih penting lagi adalah, Kerjaan
Djipang memiliki sejarah kuat yang belum tertulis.
Lain dari itu, berdirinya kembali Keraton Djipang bisa
menarik wisatawan untuk datang ke Cepu. Banyak budaya yang saat ini
masih dijalankan oleh masyarakat. Dan itu bisa dikemas baik untuk
menarik wisatawan. Dengan demikian bisa meningkatkan ekonomi masyarakat.
"Meningkatkan ekonomi kerakyatan," ungkap Raja Djipang II, Kanjeng
Gusti Arya Jipang II PRA. Barik Barliyan Suryowiyoto, SH. Sebagaimana
dengan Gelar Budaya Keraton Djipang belum lama ini.
Menurut Kanjeng Gusti Arya Jipang II PRA. Barik Barliyan
Suryowiyoto, SH., Gelar Budaya itu adalah proyek percontohan wisata.
Murni dengan dana pribadi. “Bukan dari dana pemerintah,” kata dia. Dan
itu adalah gerakan moral masyarakat. Karena dalam gelat budaya tersebut
banyak dibantu oleh masyarakat. Harapan kedepan, lanjut dia, karena
Gelar Budaya tersebut sudah masuk program dalam Visit Jawa Tengah, bisa
memacu sebagai daerah tujuan wisata sehingga menciptakan geliat ekonomi.
Saat disinggung apakah fisik Keraton akan dibangun, dengan
tegas dia menjawab InSyaAllah. “Semua itu masalah uang. Sekarang ada
uang besok kita bangun. Tapi yang terpenting bukan itu,” kata dia. Tapi,
lanjut dia, adalah membangkitkan dulu rasa bangga dan memiliki pada
diri masyarakat.
Untuk itu, dia berencana untuk safari ke 5 Kabupaten yang
dahulu merupakan wilayah Kerajaan Djipang. “Dalam wilayah budaya,
Djipang memilik 5 daerah kekuasaan. Yakni Kabupaten Blora, Kabupaten
Tuban, Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Rembang, dan Kabupaten Pati,”
ungkapnya. Dan akan dimulai dari wilayah Kabupaten Blora, khususnya
Cepu. “Karena kota rajanya di sini,” pungkas Raja Djipang II ini.